Pages

Kamis, 06 Maret 2008

KETAKUTAN vs KEBAHAGIAAN

Takut adalah perasaan tidak nyaman karena kemungkinan /ancaman mendapatkan bahaya, rasa sakit, dan kerugian. Cemas adalah perasaan tidak nyaman karena ketidakpastian dan atau ketidaktahuan akan sesuatu.

Kita takut karena ketidaktahuan

Kenapa rasa takut dan cemas selalu merundung hidup kita? Karena ketidakpastian situasi? Jangan terus menyalahkan situasi, dari dulu memang begitu adanya! Lihatlah ke dalam, kita menjadi takut karena “ketidaktahuan” kita! Tidak tahu tentang sifat diri kita, sesama, alam semesta, dan bagaimana menyikapinya. Itu saja!

Semua ingin berbahagia

Ada satu kesamaan di antara kita semua, semua makhluk hidup di jagat raya ini, besar atu kecil, tampak atau tak tampak, manusia atau hewan tanpa terkecuali. Semua ingin bebas dari rasa takut dan cemas. Semua inginberbahagia! Inilah semangat yang seharusnya mempersatukan kita semua: semua ingin berbahagia! Kalau kita renungkan baik-baik semangat universal ini, layakkah kita membenci, menganiaya, merugikan bahkan membunuh makhluk lain?

Keinginan untuk berbahagia, tidak diragukan lagi telah menjadi tenaga penggerak utama seluruh roda kehidupan. Namun sayang, dalam memenuhi naluri dasar ini – lagi-lagi karena ketidaktahuan—kita tersilaukan, terjebak, dan tersesat. Kita berbuat ini dan itu dengan alas an demi kebahagiaan, namun alih-alih mendapatkan kebahagiaan sejati, kita malah ikut menuai rasa takut dan cemas. Belum mendapatkan yang diinginkan: takut; setelah mendapatkannya: takut kehilangan, begitu seterusnya.

Jangan kejar kebahagiaan!

Dalam pengertian akhir, kita akan melihat bahwa apa yang disebut kebahagiaan bukanlah sekedar mendapatkan apa yang kita inginkan, melainkan merasa berkecukupan dengan apa yang kita dapatkan. Kebahagiaan juga bukan merupakan tujuan yang harus dikejar-kejar; kebahagiaan lebih merupakan suatu cara menyikapi hidup, dalam setiap detak kehidupan—dalam kekinian.

Akhir kata, perkenankan saya menyampaikan ungkapan paling indah yang saya dengar; Be Happy!

(dikutip dari buku “Be Happy”—Sri Dhammananda)

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger

Cari Blog Ini